Rabu, 24 Juli 2013

Ketika Hujan Datang Terlambat



Hujan selalu jadi perantara ingatan antara aku dan kamu, adakalanya rindu nyaris tak tertahankan. Hujan adalah penemu dan pemisah antaraku dan kamu, kadang aku membenci lalu bersamaan aku merasa telah dipecundangi waktu dan lagi aku kehilanganmu.

Engkau tahu, semenjak pertemuan pertama sore itu aku yakin sekali bahwa saat itu aku sangat 'bahagia'. Untuk pertama kalinya, hujan begitu baik mengantarkan kamu padaku. Rambut ikalmu senantiasa menjuntai di pikiranku, senyummu, dan aromamu. Menjadikan aku perempuan sepi yang menunggu kabar, setelah hari itu aku bingung hendak menjadikan apa rasaku untukmu.

Aku yakin kau tak pernah lupa akanku, sama hal kau tak pernah lupa perihal hujan. Sebab engkau adalah pria hujan itu sendiri. Tapi aku tak mengerti tentang gerak yang kau maksud, gerak untuk saling mendekat. sementara kau sendiri telah menjauhiku serupa ini. Aku sedih, bolehkah?

Hujan kali ini datang terlambat, ada rasa asin yang menyertainya. Begitu pula rasa nyeri yang tak hendak pergi. Entahlah, apa aku benar tentang perasaan ini padamu atau aku salah telah mengartikan sebuah pertemuan. Nyatanya, aku merindukan pelukan dan cium terakhirmu. Segalanya mulai berubah tak lama setelah kita berjumpa, menjadi saling asing yang tak lagi punya rasa. 

Jika boleh jujur, meski hujan datang terlambat aku masih ingin mengatakan: Di sini ada aku yang menunggu, rinduku sedang menanti pelukmu di gerimis senja.

Hujan datang terlambat, tapi aku benar-benar tidak ingin terlambat lagi. Aku merindukanmu, semoga kau tahu.

----------------
Kata Bertangkai, salam hujan untukmu, salam rindu dari hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar