Sabtu, 14 September 2013

Z.A.L



Zal, entah ini kali keberapa mataku hendak berair ketika mengingatmu. Berkali-kali aku ingin membunuh ingatan tentangmu dan berkali-kali juga aku kehilangan kesanggupanku untuk melakukannya. Kenangan ini membuat dadaku naik turun, hingga nafas menjadi berat. Apa hal yang tak aku ingat atau luput dari ingatanku tentangmu? Sepertinya belum ada yang luput, aku masih ingat caramu menyatakan cinta di perpustakaan di depan teman-temanku. Aku juga masih ingat makan malam pertama kita, aku juga masih ingat kejutan-kejutan kecil yang kau berikan tiap pagi. Aku masih ingat banyak hal bahkan semuanya, juga masih ingat bagaimana kita mengakhiri semuanya dengan terpaksa. Aku juga masih ingat bagaimana aku menangis selama berhari-hari di kamar hingga aku jatuh sakit. Barangkali itu adalah patah hati terhebat yang pernah aku alami.

Semenjak semua tentangmu pergi, aku tidak tahu lagi bagaimana rasanya bergairah ketika ngobrol dengan lawan jenis. Aku tidak tahu lagi bagaimana rasanya menyukai seseorang hingga melakukan hal-hal tolol yang barangkali hanya bisa dilakukan untuk orang tertentu yang kita cintai. Aku sudah tidak ingat bagaimana memperlakukan seorang laki dengan istimewa di hati aku. Semuanya mendadak hambar, menjadi berbeda dan tak pernah sama lagi. 

Zal, untuk kali kesekian pandanganku menjadi kabur karena bulir-bulir air di mataku ruah. Kali ini pertahananku jebol. Bisakah kau tahu keadaanku saat ini? Bisakah kau inginkan lagi pertemuan antara kita? atau paling tidak merancangnya agar aku pun merasa tidak hilang dari ingatanmu. Tapi bagaimana itu semua bisa kuketahui? sementara aku sendiri tak pernah dengar lagi kabar tentangmu. Sesungguhnya aku tak bisa lagi mendefinisikan seperti apa rindu yang menumpuk di sini, aku tak bisa lagi menyebutnya sebagai rindu atau malah perbuatan sia-sia.

Aku pernah pacaran dengan beberapa laki-laki setelahmu tapi tidak pernah merasakan gairah mencintai seperti yang aku rasakan ketika bersamamu. Tidak pernah bisa merasakan getaran seperti aliran listrik ketika aku melihat punggungmu dari belakang berjalan menjauhiku. Juga tak pernah merasakan debar-debar yang seperti akan membuat jantungku hendak melompat sama seperti ketika aku bertemu dan ditatap oleh dua bola matamu yang teduh itu. Tidak pernah....

Aku merasakan kekosongan kini sedang menyesaki dadaku, aku hanya bisa menangis. Hanya itu. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan bukan? 

Zal,
Datanglah sekali lagi
meski itu untuk yang terakhir kali
Datanglah sekali lagi
meski itu untuk mengakhiri segalanya...


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar