PARAKANG
Ada satu legenda yang kerap
diceritakan penduduk desa apabila malam bulan purnama seperti ini. Menurut nenek
saya jika bulan sedang bulat penuh maka tengah malam biasanya muncul atau
keluarlah mahluk jadi-jadian yang disebut dengan nama “PARAKANG”. Mahluk ini
sangat ditakuti oleh penduduk desa, karena ia bisa muncul dimana saja, kapan
saja dengan wujud yang berbeda-beda. Bisa menjadi pepohonan, kucing, anjing dan
lain-lain. Namun pada dasarnya mahluk ini adalah manusia, manusia yang memiliki
ilmu hitam atau menganut ajaran tertentu yang ia peroleh dari seorang guru. Entah
guru apa namanya.
Jika bulan purnama mereka keluar dalam
keadaan telanjang dan menari di bawah sinar bulan, berputar dan membawa ‘dulang’
yang sesekali ditabuhnya. Maka dari kejauhan akan terdengar sayup-sayup suara
dulang yang ditabuh itu diselingi gonggongan anjing yang tiada henti. Bersamaan
itu pula makan angin akan bertiup lebih aneh dari biasanya yang membuat bulu
kuduk siapapun berdiri. Itu tandanya mereka sedang melakukan ritual, biasanya
puncak ritual akan terjadi ketika malam jumat dan sedang bulan purnama.
PARAKANG akan mengubah bentuknya
ketika ia akan berburu mangsa. Beberapa kali saya pernah mengalami kejadian
aneh sehubungan dengan mahluk jadi-jadian ini. Jika ada mahluk berupa hewan
misal anjing yang kamu lihat dan kepalanya lebih besar atau kaki belakangnya
lebih tinggi maka sudah pasti itu adalah jelmaan parakang. Maka berhati-hatilah
karena ia bisa menghisap darahmu hingga habis dari jarak jauh sekalipun hanya
dengan menatapmu dengan tajam tanpa memejam.
Malam itu saya hendak mencari bapak di
kolong rumah, kebetulan rumah saya rumah panggung. Ketika menuruni tangga ada
seekor hewan yang saya tidak bisa deskripsikan bentuknya antara anjing atau
kerbau. Sebab badannya besar seperti kerbau dan memiliki kepala seperti anjing
dengan ekor yang pendek seperti babi. Hewan itu menyeringai ke arah saya dengan
mata memerah. Tak perlu berpikir lama untuk saya bisa lari, sebab tak lama
kemudian saya seperti sedang dikejar oleh hewan itu. Saya seperti orang
kesurupan masuk ke kamar ibu dan memeluknya erat dengan keringat dingin sudah membanjiri.
Keesokan harinya saya demam tinggi dan sempat di bawa ke rumah sakit. Setelah dicek
ternyata saya kehilangan banyak darah. Entah dari mana mahluk itu menghisap
darah saya yang membuat saya nyaris kehilangan nyawa.
Semenjak peristiwa itu, saya tidak mau
lagi keluar malam tanpa pengawasan ibu atau kakak saya yang lain. Akhirnya oleh
nenek diceritakan bahwa untuk membuat mahluk bernama parakang itu lumpuh, maka
gunakan daun kelor dan pukulkan ke arah mahluk itu sebanyak tiga kali. Maka mereka
akan hilang begitu saja atau malah akan berubah ke wujud aslinya yaitu manusia.
Parakang akan menunggu kamu di mana
saja, tapi biasanya akan menunggu di bawah kolong rumah. Di pinggir jalan yang
banyak pepohonan terutama pohon pisang atau di pertigaan jalan yang sepi. Wujud
yang paling menyeramkan dari parakang yang pernah saya lihat adalah rambutnya
panjang, muka hancur tak berbentuk, dan melayang dengan payudara yang sudah
hancur pula hanya setengah dari badannya.
Parakang akan sering mendatangi orang
sakit, orang melahirkan, atau orang yang sedang hajatan. Jika mendatangi orang
sakit maka bisa jadi orang sakit itu akan meninggal lebih cepat dengan seluruh
tubuh membiru. Sedangkan jika ia mendatangi orang melahirkan maka anak yang
dilahirkan itu akan hilang di dalam perut atau keluar dengan bentuk yang sudah
hancur dan hanya berupa gumpalan daging. Jika mendatangi orang hajatan maka
biasanya akan banyak orang yang ditubuhnya terdapat bilur-bilur merah keunguan.
Ukurannya bisa besar sampai kecil-kecil dan seringkali bilur-bilur itu ada di
paha. Membuat siapa saja akan kehilangan kesadarannya dan jatuh pingsan.
Di desa saya ada seorang yang
dicurigai adalah Parakang, di saat dia mengalami sakaratul maut itu susahnya
minta ampun. Sangat lama dan bisa memakan waktu berhari-hari. Orang itu baru
meninggal ketika ada sanak saudaranya atau keluarganya yang membisikinya satu
kata “Lemba”. Maka tidak perlu tunggu lama orang itu akhirnya meninggal dan
orang yang membisikinya ‘lemba’ serta merta menjadi Parakang juga. Lemba
artinya pindah.
Parakang seringkali menyeringai tidak
jelas, bersuara aneh dan menyeramkan. “Grrrrrhhh..... guarrrrrhrhhhh....
Rrrraahhhh....!” kemudian berubah menjadi seperti desisan dan kadang juga
bersenandung aneh.
Di belakang rumah saya ada rumpun
pohon pisang setiap malam kamis ada suara-suara aneh dari gesekan daun pisang. Karena
semua orang di rumah tidak bisa tidur karena suara itu, maka bapak pun akhirnya
bangun dan mengecek ada apa di balik pohon pisang tersebut. Mungkin maling atau
apa. Karena penasaran saya dan kakak saya juga ikut di belakang bapak, tak di
sangka-sangka dari balik pohon pisang itu ada seorang perempuan dengan rambut
panjang hingga menyentuh tanah sedang memakan ayam yang masih hidup. Saya kaget,
kakak kaget dan bapak mungkin satu-satunya orang yang tidak kaget. Lutut saya
gemetar, keringat mengucur deras, saya ingin menutup mata tapi saya juga penasaran
ingin melihat rupa aslinya.
Bapak melempari batu dan tak lama
kemudian mahluk itu pergi dengan sekelebat lalu hilang entah kemana. Keesokan harinya
ada tetangga yang dikabarkan kena cedera di bagian punggung, tetangga saya ini
sudah lumayan tua tapi belum tua sekali. Katanya semalam saat tidur seperti ada
yang menimpuki dia batu hingga punggungnya memar. Dalam hati, saya akhirnya
tahu kalau tetangga yang sudah lama dicurigai memiliki ilmu hitam ini adalah
orang yang sama dengan orang yang semalam dilempar batu oleh bapak.
Rasakan....!
Itulah kisah legenda yang
hingga sekarang masih ramai diceritakan oleh penduduk desa dan Parakang itu
masih ada, masih berwujud segala macam dan masih menyeramkan. Wkwkw...
Kalo sempat bertemu salah satu
diantara mereka, sampaikan salamku ya. Hihi
Tuh siapa tuh berambut panjang
di belakangmu, sedang menghisap darah di lehermu....... “Grrrrrhhh.....
guarrrrrhrhhhh.... Rrrraahhhh....!”
Jeneponto, 13 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar